Pluto, planet kerdil yang jauh dan dingin, memiliki selimut gas unik yang terus berubah. Atmosfer Tipis yang mengelilinginya sebagian besar terdiri dari nitrogen, metana, dan karbon monoksida yang disublimasikan dari permukaannya yang beku. Fenomena mengembang dan menyusutnya atmosfer Pluto adalah salah satu misteri paling menarik di Tata Surya bagian luar.
Dinamika atmosfer Pluto sangat bergantung pada orbitnya yang sangat elips (lonjong) mengelilingi Matahari. Saat Pluto bergerak mendekati Matahari (perihelion), energi panas yang relatif lebih besar menyebabkan es di permukaannya menyublim menjadi gas. Proses ini menghasilkan Atmosfer Tipis yang mengembang dan meluas jauh ke angkasa.
Sebaliknya, saat Pluto bergerak menjauh dari Matahari (aphelion), ia memasuki zona yang jauh lebih dingin. Dalam kondisi suhu ekstrem ini, gas-gas di atmosfernya mulai membeku kembali, atau ‘membeku’ dan jatuh ke permukaan sebagai es. Proses ini menyebabkan Atmosfer Tipis Pluto menyusut secara dramatis, bahkan terkadang hampir menghilang.
Penelitian dari wahana New Horizons mengungkapkan bahwa atmosfer Pluto memiliki lapisan kabut multi-lapisan yang kompleks. Kabut ini terbentuk ketika metana dan gas lain di lapisan atas bereaksi terhadap sinar ultraviolet Matahari. Meskipun atmosfernya tipis, lapisan kabut ini membuatnya tampak buram, memberikan rona kebiruan yang khas pada Pluto.
Fenomena penyusutan ini adalah kunci untuk memahami komposisi dan sejarah geologis Pluto. Gas yang membeku dan jatuh kembali ke permukaan secara efektif “mendaur ulang” material atmosfer. Siklus sublimasi dan deposisi ini mempengaruhi pembentukan medan es dan fitur permukaan Pluto lainnya dari waktu ke waktu.
Atmosfer Tipis Pluto juga terbukti lebih luas daripada yang diperkirakan. Ia dapat membentang hingga ribuan kilometer ke luar angkasa. Jarak yang sangat jauh ini menyoroti bagaimana gas ringan dapat bertahan di lingkungan gravitasi rendah Pluto, didorong oleh pelepasan gas dari permukaan yang berkelanjutan selama perihelion.
Karena orbit Pluto sangat panjang (sekitar 248 tahun Bumi), siklus mengembang dan menyusut ini adalah proses yang sangat lambat, berlangsung selama beberapa dekade. Para ilmuwan menggunakan teknik okultasi bintang (ketika Pluto melintas di depan bintang yang jauh) untuk mengukur perubahan kerapatan atmosfer ini secara real-time.
Kesimpulannya, Atmosfer Tipis Pluto adalah contoh sempurna dari atmosfer yang dikendalikan oleh perubahan orbital ekstrem. Pergerakan gas dari beku ke cair dan kembali lagi menciptakan dinamika mengembang-menyusut yang unik. Studi tentang atmosfer Pluto memberikan wawasan penting tentang bagaimana dunia es dapat mempertahankan lapisan gas yang dinamis.
